tugas kesenian (part 3 ) pelukis indonesia

| | 0 komentar

Herry Dim (lahir di Bandung, Jawa Barat, 19 Mei 1955; umur 56 tahun) adalah seorang pelukis Indonesia. Herry menjadi pelukis pertama Indonesia yang menggelar pameran tunggal di Palais de Nations, Jenewa, 20-24 November 2008.



Raden Saleh Sjarif Boestaman (Semarang, 1807 - Buitenzorg (sekarang Bogor), 23 April 1880) adalah salah seorang pelukis paling terkenal dari Indonesia.




Barli Sasmitawinata (lahir di Bandoeng, 18 Maret 1921 – meninggal di Bandung, 8 Februari 2007 pada umur 85 tahun) adalah seorang pelukis realis asal Indonesia.






artikel dari wikipedia, gambar dari google ^^

tugas kesenian (part 2 ) pelukis indonesia

| | 2 komentar
Tio Tjay (lahir pada 1946 dengan nama Tio Hok Tjay) adalah seorang pelukis Indonesia yang lama menetap di Brasil. Pada 1967 ia berimigrasi ke negara Amerika Selatan itu bersama keluarganya yang pindah ke sana. Ia banyak menyelenggarakan pameran di São Paulo; pada 1971 hingga 1975 ia menetap di Manaus, dan pada 1976 ikut serta dalam pameran Bienal Nacional de São Paulo. Lukisannya sangat kuat dipengaruhi oleh warna latin yang dominan di Brasil. Pada tahun 1980-an Tio Tjay kembali ke Indonesia dan berkarya di negara kelahirannya.
  Basoeki Abdullah (lahir di Surakarta, Jawa Tengah, 25 Januari 1915 – meninggal 5 November 1993 pada umur 78 tahun) adalah salah seorang maestro pelukis Indonesia.Ia dikenal sebagai pelukis aliran realis dan naturalis. Ia pernah diangkat menjadi pelukis resmi Istana Merdeka Jakarta dan karya-karyanya menghiasi istana-istana negara dan kepresidenan Indonesia, disamping menjadi barang koleksi dari berbagai penjuru dunia.

Heri Dono (12 Juli 1960, Jakarta) ialah seorang seniman yang sekarang berbasis di Yogyakarta, Indonesia. Semenjak kuliah di Institut Seni Indonesia di Yogyakarta, dan memenangkan penghargaan lukisan terbaik dua kali pada tahun 1981 dan 1985, kariernya terus menanjak ke berbagai pameran kelompok maupun tunggal di seluruh penjuru dunia. Medium yang digunakannya beraneka ragam, tapi pilihannya sering jatuh pada karya instalasi yang menggunakan materi-materi 'sehari-hari' dan berteknologi sederhana. Di dalam figur-figur yang muncul pada karyanya, seringkali bisa dilihat pengaruh wayang kulit.
artikel dari wikipedia, gambar dari google ^^

seputar pancake ^^

| | 4 komentar
-English Corner -

A pancake is a thin, flat, round cake prepared from a batter, and cooked on a hot griddle or frying pan. Most pancakes are quick breads; some use a yeast-raised or fermented batter. Most pancakes are cooked one side on a griddle and flipped partway through to cook the other side. Depending on the region, pancakes may be served at any time, with a variety of toppings or fillings including jam, chocolate chips, fruit, syrup or meat.

Archaeological evidence suggests that varieties of pancakes are probably the earliest and most widespread types of cereal food eaten in prehistoric societies whereby dry carbohydrate-rich seed flours mixed with the available protein-rich liquids, usually milk and eggs, were baked on hot stones or in shallow earthenware pots over an open fire to form a nutritious and highly palatable foodstuff.

In the medieval and modern Christian period, especially in Britain, pancakes were made to use up store items prior to the period of Lent fasting beginning on Shrovetide.

The pancake's shape and structure varies worldwide. There are numerous variations of them throughout Europe. In Germany, pancakes can be made from potatoes. A crêpe is a Breton variety of thin pancake cooked on one or both sides in a special crepe pan to achieve a network of fine bubbles often compared to lace – a savory variety made from buckwheat is usually known as a galette.





perjanjian tanpa isi tadi siang

| | 0 komentar
tadi bikin perjanjian sama Shahnaz ma Jasmine soal THR :D
asik", ntar pas hari raya berarti ditraktir :))
yeyeye ^^
asik asik asik :DD
makasih banyak ya ~~~

Cerita pengalaman dikit (Curhat)

| | 2 komentar
hari ini (kemaren)ada pelajaran olahraga, disuruh lari ngelilingi jalan bandung-pekalongan-M3M ...
aku kecapean, trus muntah" -____-
habis itu aku jadinya ke UKS tp ngga bilang sapa" dulu ...
tauk deh, aku dicatet alpha apa sakit :/
di UKS aku cuman tiduran, sampe" ngga sholat jumat ...
pas jam  aku balik, pelajaran matenya udah mo selese, trus jadwalnya olimpiade ...
pertama cuman pengarahan, tp gara" pembimbing fisikanya ngga ada, aku ngga olim hari itu ^^
jadinya aku pulang k rumah :D
ntar ke sekolahnya dr rumah :D
yeyeye ^^

Tugas Kesenian (part 1) -Affandi

| | 0 komentar
Affandi dilahirkan di Cirebon pada tahun 1907, putra dari R. Koesoema, seorang mantri ukur di pabrik gula di Ciledug, Cirebon. Dari segi pendidikan, ia termasuk seorang yang memiliki pendidikan formal yang cukup tinggi. Bagi orang-orang segenerasinya, memperoleh pendidikan HIS, MULO, dan selanjutnya tamat dari AMS, termasuk pendidikan yang hanya diperoleh oleh segelintir anak negeri.

Namun, bakat seni lukisnya yang sangat kental mengalahkan disiplin ilmu lain dalam kehidupannya, dan memang telah menjadikan namanya tenar sama dengan tokoh atau pemuka bidang lainnya.

Pada umur 26 tahun, pada tahun 1933, Affandi menikah dengan Maryati, gadis kelahiran Bogor. Affandi dan Maryati dikaruniai seorang putri yang nantinya akan mewarisi bakat ayahnya sebagai pelukis, yaitu Kartika Affandi.

Sebelum mulai melukis, Affandi pernah menjadi guru dan pernah juga bekerja sebagai tukang sobek karcis dan pembuat gambar reklame bioskop di salah satu gedung bioskop di Bandung. Pekerjaan ini tidak lama digeluti karena Affandi lebih tertarik pada bidang seni lukis.

Sekitar tahun 30-an, Affandi bergabung dalam kelompok Lima Bandung, yaitu kelompok lima pelukis Bandung. Mereka itu adalah Hendra Gunawan, Barli, Sudarso, dan Wahdi serta Affandi yang dipercaya menjabat sebagai pimpinan kelompok. Kelompok ini memiliki andil yang cukup besar dalam perkembangan seni rupa di Indonesia. Kelompok ini berbeda dengan Persatuan Ahli Gambar Indonesia (Persagi) pada tahun 1938, melainkan sebuah kelompok belajar bersama dan kerja sama saling membantu sesama pelukis.

Pada tahun 1943, Affandi mengadakan pameran tunggal pertamanya di Gedung Poetera Djakarta yang saat itu sedang berlangsung pendudukan tentara Jepang di Indonesia. Empat Serangkai--yang terdiri dari Ir. Soekarno, Drs. Mohammad Hatta, Ki Hajar Dewantara, dan Kyai Haji Mas Mansyur--memimpin Seksi Kebudayaan Poetera (Poesat Tenaga Rakyat) untuk ikut ambil bagian. Dalam Seksi Kebudayaan Poetera ini Affandi bertindak sebagai tenaga pelaksana dan S. Soedjojono sebagai penanggung jawab, yang langsung mengadakan hubungan dengan Bung Karno.

Ketika republik ini diproklamasikan 1945, banyak pelukis ambil bagian. Gerbong-gerbong kereta dan tembok-tembok ditulisi antara lain "Merdeka atau mati!". Kata-kata itu diambil dari penutup pidato Bung Karno, Lahirnya Pancasila, 1 Juni 1945. Saat itulah, Affandi mendapat tugas membuat poster. Poster yang merupakan ide Soekarno itu menggambarkan seseorang yang dirantai tapi rantainya sudah putus. Yang dijadikan model adalah pelukis Dullah. Kata-kata yang dituliskan di poster itu ("Bung, ayo bung") merupakan usulan dari penyair Chairil Anwar. Sekelompok pelukis siang-malam memperbanyaknya dan dikirim ke daerah-daerah.

Bakat melukis yang menonjol pada diri Affandi pernah menorehkan cerita menarik dalam kehidupannya. Suatu saat, dia pernah mendapat beasiswa untuk kuliah melukis di Santiniketan, India, suatu akademi yang didirikan oleh Rabindranath Tagore. Ketika telah tiba di India, dia ditolak dengan alasan bahwa dia dipandang sudah tidak memerlukan pendidikan melukis lagi. Akhirnya biaya beasiswa yang telah diterimanya digunakan untuk mengadakan pameran keliling negeri India.

Sepulang dari India, Eropa, pada tahun lima puluhan, Affandi dicalonkan oleh PKI untuk mewakili orang-orang tak berpartai dalam pemilihan Konstituante. Dan terpilihlah dia, seperti Prof. Ir. Saloekoe Poerbodiningrat dsb, untuk mewakili orang-orang tak berpartai. Dalam sidang konstituante, menurut Basuki Resobowo yang teman pelukis juga, biasanya katanya Affandi cuma diam, kadang-kadang tidur. Tapi ketika sidang komisi, Affandi angkat bicara. Dia masuk komisi Perikemanusiaan (mungkin sekarang HAM) yang dipimpin Wikana, teman dekat Affandi juga sejak sebelum revolusi.

Topik yang diangkat Affandi adalah tentang perikebinatangan, bukan perikemanusiaan dan dianggap sebagai lelucon pada waktu itu. Affandi merupakan seorang pelukis rendah hati yang masih dekat dengan flora, fauna, dan lingkungan walau hidup di era teknologi. Ketika Affandi mempersoalkan 'Perikebinatangan' tahun 1955, kesadaran masyarakat terhadap lingkungan hidup masih sangat rendah.

Affandi juga termasuk pimpinan pusat Lekra (Lembaga Kebudayaan Rakyat), organisasi kebudayaan terbesar yang dibubarkan oleh rezim Suharto. Dia bagian seni rupa Lembaga Seni Rupa) bersama Basuki Resobowo, Henk Ngantung, dan sebagainya.

Pada tahun enampuluhan, gerakan anti imperialis AS sedang mengagresi Vietnam cukup gencar. Juga anti kebudayaan AS yang disebut sebagai 'kebudayaan imperialis'. Film-film Amerika, diboikot di negeri ini. Waktu itu Affandi mendapat undangan untuk pameran di gedung USIS Jakarta. Dan Affandi pun, pameran di sana.

Ketika sekelompok pelukis Lekra berkumpul, ada yang mempersoalkan. Mengapa Affandi yang pimpinan Lekra kok pameran di tempat perwakilan agresor itu. Menanggapi persoalan ini, ada yang nyeletuk: "Pak Affandi memang pimpinan Lekra, tapi dia tak bisa membedakan antara Lekra dengan Lepra!" kata teman itu dengan kalem. Karuan saja semua tertawa.

Meski sudah melanglangbuana ke berbagai negara, Affandi dikenal sebagai sosok yang sederhana dan suka merendah. Pelukis yang kesukaannya makan nasi dengan tempe bakar ini mempunyai idola yang terbilang tak lazim. Orang-orang lain bila memilih wayang untuk idola, biasanya memilih yang bagus, ganteng, gagah, bijak, seperti; Arjuna, Gatutkaca, Bima atau Werkudara, Kresna.

Namun, Affandi memilih Sokrasana yang wajahnya jelek namun sangat sakti. Tokoh wayang itu menurutnya merupakan perwakilan dari dirinya yang jauh dari wajah yang tampan. Meskipun begitu, Departemen Pariwisata Pos dan Telekomunikasi (Deparpostel) mengabadikan wajahnya dengan menerbitkan prangko baru seri tokoh seni/artis Indonesia. Menurut Helfy Dirix (cucu tertua Affandi) gambar yang digunakan untuk perangko itu adalah lukisan self-portrait Affandi tahun 1974, saat Affandi masih begitu getol dan produktif melukis di museum sekaligus kediamannya di tepi Kali Gajahwong Yogyakarta.

Beberapa lukisan Affandi :